ADA APA DENGAN DIRI SAYA?

Bukan pertama kalinya saya menulis, sebelumnya saya suka menulis namun tidak pernah saya biarkan tulisan saya dibaca oleh orang lain. Kali ini saya memutuskan untuk menulis dan berdamai dengan keadaan membiarkan orang membaca tulisan saya. Merupakan suatu hal yang sangat memalukan sebenarnya untuk saya, tetapi ini cara saya untuk mengekspresikan diri saya dan mencari jawan yang saya cari selama ini, bukan untuk menjadi pribadi yang selalu merasa "ada apa dengan diri saya?" tetapi berharap bisa mendapatkan jalan keluar, membuat saya semangat untuk semangat dalam menjalani hidup, berusaha membagi pengalaman, dan mungkin bisa memberikan inspirasi bagi yang membaca.

Saya tidak lebih dari seorang pria pada umumnya dengan segelitir rutinitas yang membuat saya terlihat sama, namun dari segelintir rutinitas yang saya lakukan tersimpan ambisi yang bisa dibilang terlalu muluk, apalagi di zaman yang menurut saya sudah semakin absurd dan "eksentrik". Dimana sesuatu hal yang baik itu bisa menjadi buruk dan yang buruk bisa menjadi baik, yang benar jadi salah dan yang salah menjadi benar. Apakah itu wajar? saya sediripun masih mencari jawabannya.

Saya terlahir dari keluarga multikultural, menariknya sebagai pria yang lahir dari keluarga multikultural saya bisa menjadi pribadi yang sangat mentoleransi tentang perbedaan, mempunyai wawasan yang lebih luas tentang unik dan keberagaman hidup, namun di sisi lain saya juga merasakan lebih berat menghadapi hidup, apalagi stereotype yang ada di zaman yang katanya sudah memahami toleransi. apakah kesalahan itu terletak pada zamannya? saya pun masih mencari jawabannya.

Selain dari keluarga multi kultural, saya lahir setelah kakak pertama saya dan setelah itu dua adik laki - laki. menariknya lagi dari kondisi tersebut saya menjadi pribadi yang berbeda dari kaka dan adik - adik saya, tidak bisa bilang juga jika kaka dan adik - adik saya bukan pribadi yang baik, tetapi saya merasa bisa lebih mandiri, lebih sabar, lebih pengertian, lebih menjadi pendengar dan penangah yang baik. Terkadang saya juga merasa tersaingi oleh kaka dan adik - adik saya akan perhatian dari orang tua, terasingkan ketika melihat si kaka yang selalu menjadi perhatian, bahkan si bungsu juga sering menjadi bahan perhatian dari orang tua saya. Saya selalu yakin dibalik itu semua setiap orang tua pasti punya tujuan baik untuk anak - anaknya. Entah tuntutan anak pertama harus bisa jadi panutan untuk adik - adiknya ataupun si bungsu karena di anggap paling kecil dan harus mendapatkan bantuan dari kaka - kakanya. Saya hanya bisa menerima walaupun terkadang masih haus akan perhatian orang tua di usia yang sudah melewati seperempat abad ini. apakah itu wajar? lagi -  lagi saya masih mencari jawabannya.

Menjadi pria pada umumnya menurut saya bukan suatu perkara yang mudah setelah mengetahui betapa sulit menjalani hidup di zaman yang absurd dan "eksentrik". Dulu ketika masih kecil saya ingin segera menjadi dewasa, dimana pada saat itu saya berfikir ketika sudah dewasa saya bisa melakukan apa yang ayah lakukan, namun pada kenyataanya tidak semudah yang saya fikirkan pada saat itu. Payahnya belum banyak pengalaman yang saya dapatkan tetapi saya sudah mengeluh dengan keadaan, terkadang saya suka berfikir "ada apa dengan diri saya?" selain itu saya suka berprasangka apakah memang saya tidak diinginkan oleh orang lain?, bahkan saya cenderung menyalahkan diri sendiri dalam segala hal ketika melakukan kesalahan. Berbicara melakukan kesalahan, banyak sekali kesalahan yang selalu saya buat, dan saya janji akan saya ceritakan dipostingan saya berikutnya.
*Jangan Lupa Bahagia

Share:

0 komentar